Kamis, 7 Februari 2019 Pkl. 09.30 Wib Sd Selesai Serma Mulyadi Babinsa Pilangsari Koramil 07/Ngrampal tmenghadiri Panen Raya Demplot Mandiri oleh PT Pusri Palembang yang diselenggarakan oleh Kelompok Tani Manunggal Desa Pilangsari di Persawahan Dk.Pampang Ds.Pilangsari Kec.Ngrampal Kab.Sragen yang di hadiri kurang lebih 100 orang.
Masalah ketersediaan dan kuota pupuk bersubsidi masih menjadi perhatian petani di seluruh Indonesia. Di banyak tempat, saat anggota DPR Komisi IV melakukan kunjungan kerja (kerja) dan melakukan pertemuan dengan kelompok tani (kelomtan), kondisi ini menjadi pembahasan untuk dicarikan solusi. Salah satunya dengan menambah kuota pupuk bersubsidi dengan menekan nilai pemberian subsidi pupuk.
Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDIP Agustina Wilujeng Pramestuti menyampaikan semua petani di berbagai daerah di Indonesia selalu mengeluhkan hal yang sama. Para petani menilai jumlah kuota pupuk ditambah, meskipun subsidi untuk pupuk dikurangi.
”Jumlah yang diberikan lebih banyak, meski nilai subsidi lebih sedikit,” terangnya ditemui usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) bertema Optimalisasi Hasil Panen Melalui Sinergitas kelompok Tani, Distributor dan Penyedia Pupuk di Kabupaten Sragen, bersama sejumlah petani di Desa Pilangsari Kecamatan Ngrampal pada Kamis (7/2).
Agustina menyampaikan, petani tidak terlalu mempermasalahkan jika harga pupuk subsidi sedikit lebih tinggi. Namun barangnya selalu tersedia dan alokasi untuk petani ditambah serta mencukupi.
Masalah ini sudah menjadi pembahasan di pusat sejak 2017 lalu. Dari 15 juta hektare sawah, baru mencakup 9 juta hektar yang tercover pupuk bersubsidi. Kemudian alasan kementerian keuangan pada saat itu, lahan non milik, sehingga tidak diberikan.
Pada 2018 kembali diajukan soal permasalahan yang sama. Dari pemerintah sudah ada yang menyetujui. Namun di Badan Anggaran (Banggar) DPR RI belum dieksekusi. ”Sudah dilakukan pembahasan, sudah keluar rekomendasi subsidi diturunkan tapi jumlah pupuknya ditambah,” terangnya.
Sementara itu, M Arif Anshori selaku General Manager Distribusi dan Pemasaran PT Pupuk Sriwidjaja menyampaikan wacana tersebut tidak masalah dengan pihak penyedia. Dia menjelaskan hal tersebut bergantung pada keuangan negara untuk alokasi pupuk bersubsidi.
Dia menjelaskan produksi Pusri sebesar 2,2 juta ton/tahun sedangkan yang dialokasikan untuk pupuk bersubsidi yang dialokasikan sekitar 1,3 juta ton. Dia menyampaikan setengahnya cukup untuk dijual secara komersil dalam negeri dan ekspor. ”Kami juga ekspor di beberapa negara, seperti Filipina, Taiwan dan India tergantung permintaan mereka, tetapi yang menjadi prioritas kami adalah pupuk subsidinya,” terangnya.